Kamis, 02 Juni 2011

FALSAFAH JAWA

"Alon-alon waton klakon"
"Nrimo ing pandum"
"Saiki jaman edan yen ora edan ora komanan, sing bejo sing eling lan waspodo"
"Mangan ora mangan sing penting ngumpul"
"Wong jowo ki gampang di tekuk-tekuk"

Filosofi-filosofi jawa di atas mungkin sudah sering kita dengar, namun sudahkah kita mengerti atau melaksanakannya, padahal filosofi-filosofi itu di nasehatkan oleh para pendahulu kita melalui mengalaman pahit mereka agar bisa menjadi petuah anak cucu agar bisa hidup tenang, tentram dan selamat dunia akherat, kalau dipikir, dicermati dan dicerna sungguh luar biasa maknanya:

Alon-alon waton klakon
Filosofi ini sebenarnya berisikan pesan tentang safety . Orang dahulu sudah mengisyaratkan arti penting filosofi ini, tapi banyak orang melecehkan bahkan menganggap sebagai sifat malas orang jawa. Padahal kandungan maknanya sangat dalam. Filosofi ini mengisyaratkan tentang kehati-hatian, waspada, istiqomah, keuletan, dan yang jelas tentang safety. Di dunia modern masalah safety menjadi bagian terpenting untuk keberhasilan suatu pekerjaan karena didalamnya ada aturan-aturan yang menginstrusikan menghindari resiko-resiko yang akan terjadi.

Nrimo ing pandum
Sudah berapa sering terdengar orang melecehkan filosofi ini. Biasanya orang hanya mengenal bahwa orang jawa itu hanya bersikap 'Nrimo" saja. Sifat pasrah dan mau dijajah oleh penguasa. Padahal bukan hanya berhenti sampai di kata "Nrimo" saja. Tapi lebih dari kata itu adalah 'Nrimo ing Pandum' atau Menerima kepada hasil pembagian. Arti yang mendalam menunjukan pada sikap Kejujuran, keiklasan, ringan dalam bekerja dan ketidakinginan untuk korupsi. Inti filosofi ini adalah Orang harus iklas menerima hasil dari usaha yang sudah dia kerjakan. Biasanya orang yang memegang teguh filosofi ini dia akan ringan dalam bekerja dan yang terpenting adalah dipercaya oleh orang lain. Nah kepercayaan adalah hal terpenting dalam dunia usaha. Bukan tidak mungkin kesuksesan selalu diterimanya oleh pemegang filosofi ini.

Saiki jaman edan yen ora edan ora komanan, sing bejo sing eling lan waspodo

Orang indonesia cenderung mengikuti mode, tren atau budaya yang sebenarnya belum saatnya kita peroleh atau bahkan memang sangat tidak cocok dengan jiwa bangsa kita. Kecenderungan mengikuti mengikuti tren itulah yang membuat lupa akan bahaya yang mengancam. Hanya orang yang ingat kepada Allah (disini saja juga tidak cukup) dan waspada terhadap duri-duri kehidupan yang setiap saat bisa datang dan menghujam kehidupan, sehingga bisa mengakibatkan musibah yang berkepanjangan. Pada filosofi ini kata 'sing bejo sing eling lan waspodo' sering tidak terdengar lagi.
'Sekarang jaman gila kalau tidak ikut gila maka tidak kebagian, hanya orang ingat (kepada Tuhan) dan waspada (bahaya) yang menerima keberuntungan'. itulah arti dari filosofi diatas.

Mangan ora mangan sing penting ngumpul
'Makan tidak makan yang penting kumpul'. Filosofi ini adalah sebuah peribahasa. Kalimat peribahasa tidaklah tepat kalau diartikan secara aktual. Filosofi ini sangat penting bagi kehidupan berdemokrasi. Kalau bangsa kita mendasarkan demokrasi dengan falsafah diatas saya yakin negara kita pasti akan aman, tentram dan sejahtera.
'Mangan ora mangan' melambangkan eforia demokrasi, yang mungkin satu pihak mendapatkan sesuatu (kekuasaan) dan yang lain pihak tidak. Yg tdk dapat apa-apa tetap legowo. 'Sing penting ngumpul' melambangkan berpegang teguh pada persatuan, yang artinya bersatu untuk tujuan bersama. Saya pikir Filosofi 'Mangan ora mangan sing penting kumpul' adalah filosofi yang cocok yang bisa mendasari kehidupan demokrasi bangsa Indonesia agar tujuan bangsa ini tercapai.

Wong jowo ki gampang di tekuk-tekuk.
Filosofi ini juga berupa ungkapan peribahasa yang dalam bahasa Indonesia adalah 'Orang Jawa itu mudah ditekuk-tekuk'.
Ungkapan ini menunjukan fleksibelitas dari orang jawa dalam kehidupan. Kemudahan bergaul dan kemampuan hidup di level manapun baik miskin, kaya, pejabat atau pesuruh sekali pun. Orang yang memegang filosofi ini akan selalu giat bekerja dan selalu ulet dalam meraih cita-citanya.
Filosofi inilah yang membuat masyarakat suku jawa tersebar ke seluruh penjuru tanah air dan disayangi oleh suku lain. 

Jika terus digali ada banyak filosofi dalam budaya Jawa pada dasarnya bersifat universal. Jadi filsafat Jawa bukan hanya diperuntukkan bagi masyarakat Jawa saja, tetapi juga bagi siapapun yang ingin mempelajarinya. Beberapa filsafat jawa yang lain:

Ojo Rumongso Biso, Nanging Biso Rumongso
Ketika kita memperoleh suatu pengetahuan, ilmu, atau pengalaman terkadang muncul sifat sombong dari diri kita. Bahwa kita dapat menyelesaikan suatu masalah dengan ilmu atau pengalaman yang kita peroleh. Padahal banyak faktor yang menentukan penyelesaian suatu masalah dan bukan hanya dari sudut pandang yang kita pahami. Di sini orang lantas merasa bisa, sifat ego manusia yang muncul tanpa menghiraukan pendapat orang lain. Dalam filosofi Jawa, sifat ini yang dinamakan Rumongso Biso (merasa bisa). Ajaran masyarakat Jawa menekankan untuk dapat melakukan koreksi ke dalam, sehingga tidak terdorong untuk menghujat atau merendahkan orang lain. Cobalah untuk memahami pendapat yang lain, walau hal itu mungkin sangat bertentangan dengan yang kita yakini. Dengan Biso Rumongso (bisa merasa) atau melatih empati kita untuk memahami orang lain akan mendorong untuk berkompromi mencapai suatu keseimbangan. Hal ini akan membuat semua perselisihan atau konflik yang ada di dunia ini dapat teratasi. Janganlah menjadi orang yang merasa bisa, melainkan yang bisa merasa.

MigunanuTumraping Liyan
“Sekecil apapun kebaikan yang kita perbuat bisa bermakna besar bagi orang lain. Berguna bagi sesama membuat hidup lebih berarti”. Itulah tulisan yang terdapat di iklan poster koran Kedaulatan Rakyat. Koran lokal Jogja ini mengambil filosofi Jawa yang maknanya mendalam. Berguna bagi sesama, itulah kurang lebih artinya. Terkadang kita merasa belum siap untuk berbuat baik, karena kita berpikiran bahwa kita belum mampu secara materi atau merasa perbuatan kita itu tidak berdampak banyak bagi orang yang membutuhkan. Atau ketika kita sudah terjerumus dalam ego kita, yang mempertimbangkan untung rugi setiap perbuatan, melupakan kenyataan bahwa semua ciptaan dunia ini merupakan suatu kesatuan, sehingga kesetiaan kita berpindah ke kelompok yang lebih kecil, seperti komunitas lingkungan, keluarga, gender, ras. Di luar itu kita tidak peduli. Memberi dari kekurangan kita, lebih bermakna daripada memberi dari kelebihan kita.. Sekecil apapun kebaikan yang kita perbuat bisa bermakna besar bagi orang lain.

Eling Sangkan Paraning Dumadhi.
Dalam pergaulan masyarakat Jawa terutama kalangan generasi tua, ungkapan yang arif ini sangat terkenal. Secara bebas diartikan sebagai ingat akan asal dan tujuan hidup. Ungkapan ini mengandung nasihat agar seseorang selalu waspada dan eling (ingat, sadar) terhadap sangkan (asal) manusia dan paran (tujuan akhir). Dengan sadar dan waspada dalam perjalanan hidupnya, ia akan mampu meredam emosi, nafsu, ikatan ikatan duniawi dan berupaya untuk bertindak lebih baik, karena ia memiliki tujuan akhir yang jelas, yaitu sowan ngarsaning Gusti (menghadap ke hadirat Tuhan). Ungkapan Eling Sangkan Paraning Dumadhi dijadikan sebagai pengendali sewaktu seseorang melakukan perbuatan negatif. Selain itu dapat juga dimanfaatkan untuk meluruskan dan membesarkan hati ketika terkena beban hidup, sakit, kekecewaan, patah hati, ketidakbahagiaan. Upaya pelurusan ini untuk penyadaran akan sangkan (asal) dan paran (tujuan) hidupnya.

Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala)
Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat yang dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat.

Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.

Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.

Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan.

Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan.
Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.

Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja.

Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman.
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.

Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.

Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

Aja Adigang, Adigung, Adiguna.
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.

Memayu hayuning bawana.
Melindungi bagi kehidupan dunia.

Sukeng tyas yen den hita
Suka/bersedia menerima nasihat, kritik, tegoran.

Jer basuki mawa beya.
Keberhasilan seseorang diperoleh dengan pengorbanan.

Ajining dhiri dumunung ing kedhaling lathi.
Nilai diri seseorang terletak pada gerak lidahnya.

Ajining sarira dumunung ing busana
Nilai badaniah seseorang terletak pada pakaiannya.

Amemangun karyenak tyasing sesama
Membuat enaknya perasaan orang lain.

Kridhaning ati ora bisa mbedhah kuthaning pasthi.
Gejolak jiwa tidak bisa merubah kepatian.

Budi dayane manungsa ora bisa ngungkuli garise Kang Kuwasa.
Budi daya manusia tidak bisa mengatasi takdir Yang Maha Kuasa.

Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti.
Kemarahan dan kebencian akan terhapus/hilang oleh sikap lemah lembut.

Tan ngendhak gunaning janma.
Tidak merendahkan kepandaian manusia.

Ada banyaknya filsafat Jawa yang berusaha diterjemahkan oleh para wali, menunjukkan bahwa walisongo dalam mengajarkan agama selalu dilandasi oleh budaya yang kental. Hal ini sangat dimungkinkan, karena masyarakat Jawa yang menganut budaya tinggi, akan sukar untuk meninggalkan budaya lamanya ke ajaran baru walaupun ajaran tesebut sebenarnya mengajarkan sesuatu yang lebih baik,seperti ajaran agama Islam
Dalam budaya jawa sebenarnya sangat sarat dengan filsafat hidup (ular-ular). Ada yang disebut Hasta Brata yang merupakan teori kepemimpinan, berisi mengenai hal-hal yang disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam seperti Surya, Candra, Kartika, Angkasa, Maruta, Samudra, Dahana dan Bhumi.

Surya (Matahari) memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan. Pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negaranya.
 
Candra (Bulan), yang memancarkan sinar ditengah kegelapan malam. Seorang pemimpin hendaknya mampu memberi semangat kepada rakyatnya ditengah suasana suka ataupun duka.

Kartika (Bintang), memancarkan sinar kemilauan, berada ditempat tinggi hingga dapat dijadikan pedoman arah, sehingga seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan bagi untuk berbuat kebaikan

Angkasa (Langit), luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya.Prinsip seorang pemimpin hendaknya mempunyai ketulusan batin dan kemampuan mengendalikan diri dalam menampungpendapat rakyatnya yang bermacam-macam.

Maruta (Angin), selalu ada dimana-mana tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang yang kosong. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat da martabatnya.

Samudra (Laut/air), betapapun luasnya, permukaannya selalu datar dan bersifat sejuk menyegarkan. Pemimpin hendaknya bersifat kasih sayang terhadap rakyatnya.

Dahana (Api), mempunyai kemampuan membakar semua yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan kebenaran secara tegas tanpa pandang bulu.

Bhumi (bumi/tanah), bersifat kuat dan murah hati. Selalu memberi hasil kepada yang merawatnya. Pemimpin hendaknya bermurah hati (melayani) pada rakyatnya untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.

Dalam teori kepemimpinan yang lain ada beberapa filsafat lagi yang banyak dipakai , agar setiap pemimpin (Khususnya dari Jawa) memiliki sikap yang tenang dan wibawa agar masyarakatnya dapat hidup tenang dalam menjalankan aktifitasnya seperti falsafah : Ojo gumunan, ojo kagetan lan ojo dumeh. Maksudnya, sebagai pemimpin janganlah terlalu terheran-heran (gumun) terhadap sesuatu yang baru (walau sebenarnya amat sangat heran), tidak menunjukkan sikap kaget jika ada hal-hal diluar dugaan dan tidak boleh sombong (dumeh) dan aji mumpung sewaktu menjadi seorang pemimpin.Intinya falsafah ini mengajarkan tentang menjaga sikap dan emosi bagi semua orang terutama seorang pemimpin.

Falsafah sebagai seorang anak buahpun juga ada dalam ajaran Jawa, ini terbentuk agar seorang bawahan dapat kooperatif dengan pimpinan dan tidak mengandalakan egoisme kepribadian, terlebih untuk mempermalukan atasan, seperti digambarkan dengan,
Keno cepet ning aja ndhisiki, keno pinter ning aja ngguroni,keno takon ning aja ngrusuhi. Maksudnya, boleh cepat tapi jangan mendahului (sang pimpinan), boleh pintar tapi jangan menggurui (pimpinan), boleh bertanya tapi jangan menyudutkan pimpinan. Intinya seorang anak buah jangan bertindak yang memalukan pimpinan, walau dia mungkin lebih mampu dari sang pimpinan. Sama sekali falsafah ini tidak untuk menghambat karir seseorang dalam bekerja, tapi, inilah kode etik atau norma yang harus di pahami oleh tiap anak buah atau seorang warga negara, demi menjaga citra pimpinan yang berarti citra perusahaan dan bangsa pada umumnya. Penyampaian pendapat tidak harus dengan memalukan,menggurui dan mendemonstrasi (Ngrusuhi) pimpinan, namun pasti ada cara diluar itu yang lebih baik. Toh jika kita baik ,tanpa harus mendemonstrasikan secara vulgar kebaikan kita, orangpun akan menilai baik.

Masih banyak filsafat jawa yang mungkin, tidak dapat diuraikan satu persatu, namun ulasan ini hanya ingin memberikan suatu wacana umum kepada pembaca, bahwa banyak sekali ilmu yang dapat kita gali dari budaya (Jawa), sebelum kita menggali budaya luar terlebih hanya meniru (budaya luar). Satu hal yang harus diingat, mempelajari kebudayaan suatu daerah bukan berarti kita menjadi “rasis” atau fanatik kedaerahan, namun itu semua sebagai wujud pertanggung jawaban kita terhadap peninggalan nenek moyang bangsa kita. Dan juga melestarikan kebudayan daerah bukan hanya menjadi tanggung jawab warga daerah tersebut. Tetapi juga menjadi tanggung jawab kita semua. Bangsa yang besar bukan hanya bangsa yang hidup modern, tetapi juga bangsa yang mampu hidup modern tanpa meninggalkan ajaran dan nilai luhur kebudayaannya.

Senin, 18 April 2011

APAKAH TUHAN MENCIPTAKAN KEJAHATAN

Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan? Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."


Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya
bertanya sesuatu?"

"Tentu saja," jawab si Profesor
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah
sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"
Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."

Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap.

Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut.
Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan.
Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia.
Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."

Profesor itu terdiam.

Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.

Selasa, 25 Januari 2011

ARAB mesir


Dari pengamatan saya selama tinggal di Mesir, saya banyak menemukan kebiasaan-kebiasaan orang Mesir yang sepertinya menarik untuk diceritakan disini, baik itu dari segi makanan, berpakaian, maupun cara berinteraksi. GAMBARAN kehidupan sosial-budaya sehari-hari di Mesir laksana bangunan tua yang terlihat seolah-olah sangat lelah dan payah, tiang-tiang bangunannya telah termakan usia perjalanan zaman yang sangat panjang, dan dinding-dinding tambal-sulam perpaduan antara bahan peradaban lama dengan baru, serta atapnya berwarna keruh berdebu tebal. "Bangunan" yang menarik kalau diracik melalui ungkapan tulisan, tapi terkadang kurang menarik kalau dilihat dengan mata telanjang.  Ajaran Islam yang dianut mayoritas penduduk negeri ini semenjak berabad-abad sangat mempengaruhi karakter dan watak masyarakatnya. Meski sisa-sisa perwatakan Firaun masih terkadang kita junpai. Keadaan negeri ini sekarang meski harus menghadapi arus modernisasi, namun kehidupan agamis dengan sentral tempat Ibadah tetap banyak ditemui dimana-mana. Suasana agamis masih banyak kita rasakan di tengah-tengah masyarakat Mesir. Kehidupan beribadah di masjid-masjid cukup semarak. Terlebih dibulan Ramadhan, mulai dari shalat Tarawih, Tahajud dan budaya i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan menjadi pemandangan yang menyejukkan hati. Klau nggag percaya silakan lihat vidio saya”malam 27 ramadhan” di fb,hehehehe.
Lepas dari itu Marilah kita mulai memperhatikan dari cara bagaimana orang Mesir berinteraksi dan menanyakan kabar.
Orang Mesir Menanyakan Kabar Sampai Tiga Kali
Tanya kabar adalah hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh orang Mesir sebagai pembuka pembicaraan mereka. Yang membuat saya heran disini adalah cara mereka menanyakan kabar. Mereka mempunyai beberapa macam ungkapan untuk menanyakan kabar. Ungkapan tanya kabar yang sering digunakan adalah “Izzayak?, amil ee? Dan kaifa haluk”? ketiga-tiganya mengandung arti yang sama, yaitu “bagaimana kabarmu”? namun mereka sering mengucapkan ketiganya dalam satu waktu, sehingga jawaban yang sama pun akan diulang tiga kali juga oleh lawan bicaranya, yaitu alhamdulillah, alhamdulillah dan alhamdulillah.
Budaya Salam
Di mesir ucapan salam selalu terlontar ketika bertemu dengan orang lain meskpun tidak dikenalnya, biasanya ketika berpapasan dijalan,masuk didalam kendaran umum, dimanapun mereka berada ktika bertemeu dengan orang lain selalu mengucapkan salam. Dan apabila seseorang bertemu dengan teman yang sudah lama tidak berjumpa, pertama kali yang akan mereka lakukan adalah bersalaman. Ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajib bagi mereka, baik itu di kantor, mall, di masjid, di jalan-jalan maupun di terminal. Kemudian setelah itu mereka langsung melakukan salam semut, yaitu salam dengan memeluk badan dan menempelkan pipi kanan pada pipi kiri kawannya secara bergantian, seraya tangan yang satunya menepuk-nepuk punggung lawannya. Cara yang seperti itu ternyata akan menambah kehangatan persahabatan dan rasa saling menghormati. Hanya saja bersalaman ataupun salam semut hanya untuk laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan saja.
Mekipun begitu, di Mesir perang mulut sering kali terjadi bahkan menjadi sesuatu hal yang wajar, namun hal itu biasanya tidak sampai berakibat adu jotos atau anarkis lainnya, karena memulai memukul orang bagi mereka sangat aib dan hukumannya juga berat. Setelah selesai perang mulut, mereka biasanya akan kembali seperti semula tanpa saling dendam, sehingga meskipun Negara Mesir khususnya Kairo termasuk kota yang padat penduduk, jarang sekali terjadi perkelahian yang serius, apalagi pembunuhan, perang mulut yang sering saya jumpai ketika di kendaraan”bus” ketika saya berangkat/pulang dr campus dan di pasar. Untuk mererdam perang mulut biasanya sseseorang akan megnucapkan “Shollu ‘ala nabi” (berselawatlah kepada nabi) kepada orang yang sedang terlibat cekcok di sekitarnya. Artinya, mereka akan menyuruh orang yang sedang terlibat adu mulut atau bertengkar untuk bershalawat kepada nabi agar mereka sadar bahwa mereka adalah umat nabi yang mulia, sehingga mereka merasa malu dengan apa yang sedang mereka lakukan. Yang menariknya lagi, bahwa orang yang sedang marah besar pun akan berhenti untuk mengucapkan shalawat. Dan biasanya setelah itu kemarahannya akan reda tanpa menyisakan dendam di antara mereka.

Budaya Memuji Yang Over
Orang Mesir sangat suka memuji dan dipuji,  ini sebenarnya bagian dari mujamalah”basa-basi” mereka. Meskipun pujian mereka terkadang sangat berlebihan, tapi bagaimanapun menurut saya memuji lebih baik daripada mencaci.
Kebiasaan orang Mesir kalau bertemu orang asing, mereka akan menanyakan kabar dan asal daerah mereka, kalau saya menjawab saya dari Indonesia, mereka akan langsung mengucapkan ahsanu naas (sebaik-baik manusia). Eh, tapi tunggu dulu jangan terlalu Ge eR dan merasa bangga sehingga Anda terasa terbang, karena meskipun masyarakat Indonesia di Mesir terkenal baik dan mempunyai adab yang tinggi, mereka juga akan mengatakan yang sama ke orang Rusia, Malaysia juga Turky atau yang lainnya.
kenapa orang arab berwatak keras dan mudah marah, karena meraka suka di puji, ketika mereka merasa tersinggung akan mudah sekali marah
Orang Mesir Gemar Membaca Al Qur’an
Anda jangan terperanjat ketika berkunjung ke Mesir dan melihat orang membaca Al qur’an di dalam bus umum dan jalan raya. Hal itu biasa mereka lakukan, apalagi pada bulan Ramadhan.
Isy, Ful dan Ta’meya
Isy adalah makanan pokok Mesir, bahan makanan pokok ini adalah gandum. Ful dalam bahasa Indonesianya adalah kacang. Kacang ini direbus hingga lembut dan berwarna coklat kemudian diberi bumbu garam dan minyak. Adapun Ta’meya adalah sejenis gorengan yang terbuat dari daun yang dihaluskan. Saya tidak tahu persis dari daun apa ta’meya itu dibuat, yang jelas bukan dari daun kurma.
Ketiga makanan tersebut adalah makanan sehari-hari masyarakat Mesir pada umumya. Biasanya makanan tersebut disantap sebagai sarapan atau makan pagi dengan menu tambahan acar. Daging dan susu adalah makanan tambahan orang Mesir, dalam 3 hari sekali mereka harus memakan daging. Mungkin dari makanan-makanan yang sering mereka konsumsi, seperti ful dan daging inilah yang membuat badan mereka besar. Untuk masalah minuman, kami tidak pernah melihat orang Mesir menjual es teh. Di mesir tidak ada es teh, yang ada justru mereka heran ketika kami membuat es teh pada musim panas. Mereka hanya tahu kalau teh itu pasti panas. Tapi jangan terburu menganggap kalau Mesir tidak mempunyai bermacam minuman. Mesir mempunyai bermacam-macam minuman yang mungkin tidak ada di Indonesia. Kalau musim panas, berbagai variasi minuman dijual di pinggir-pinggir jalan, seperti ashab ashir (perasan tebu), tamar hindi (asam) dan shabiya. Minuman dingin tersebut sangat cocok diminum pada musim panas.
jalabiya
Sebagai salah satu bangsa Arab, ternyata Mesir dari segi berpakaian jauh berbeda dengan Negara-negara Arab lainnya, khususnya kawasan Teluk. Dalam berpakaian sehari-hari, masyarakat Mesir lebih sering memakai kemeja dan celana panjang. Hampir sama dengan di Indonesia, bedanya di Mesir tidak ada batik dan sarung. Akan tetapi khas arab masih terpancar dari negeri ini dengan jalabiya yang meraka kenakan, yakni model baju terusan”jubah”. Semua orang  mesir pasti mempunyai jalabiya mulai dr anak kecil sampai oang tua.
Masyarakat Mesir tidak memakai imamah seperti Negara-negara Arab pada umumnya, seperti Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, dan Irak. Imamah atau surban adalah kain penutup kepala, biasanya diatasnya dilingkari dengan iqal berwarna hitam seperti angka zero’0’.
Mungkin itulah sekilas tentang keunikan masyarakat Mesir dan masih banyak lagi keunikan-keunikan lainnya yang belum digali dan disajikan disini. Sebenarnya setiap negri mempunyai ke-unik-an tersendiri. Semoga kita bisa mengambil contoh yang baik untuk kita tiru dan mengetahui kebiasaan buruk untuk kita hindari dan tidak kita ikuti.

Sabtu, 11 Desember 2010

perbedaan manusia dengan hewan

Para filosof Barat
mengatakan bahwa
hakikatnyamanusia dan
binatang sama.
Perbedaannya terletak pada
otak . karena itu, mereka
berpendapat bahwa manusia
itu adalah binatang yang
berfikir dan berakal.
Para filosof Muslim
melengkapinya dengan
sarana lain,yaitu akhlak.
Alhasil, manusia adalah
makhluk yang punya otak
dan akhlak. Seorang hukama
berkata “Jika hanya punya
otak saja, manusia tetap
akan bertindak seperti
binatang; merasa benar
sendiri, tidak menghargai
orang lain, suka melanggar
norma susila. Akibatnya,
manusia akan menjadi lebih
sesat dari binatang. ”
Beliau juga menambahkan,
bahwa sifat dasar makhluk
adalah alqassatul qalbu
(keras hati), alqilla ’ul haya
(tak hanya punya malu) dan
al-istighalu bi uyubil khalaqi
(sibuk mengintai kelemahan
makhluk lain). “tiga sifat
dasar ini dinetralisir oleh
kemuliaan dan ketinggian
akhlak, sehingga manusia
akan berhati lembut, memiliki
rasa malu dan toleran
terhadap orang lain. ”

Jumat, 24 September 2010

BENAR

sesuatu yang cocok dan kita senangi, sangat mudah sekali kita benarkan.
dan sesuatu yang mengusik ego kita meski benar, sering kita persalahkan mati matian.


kebenaran adalah sesuatu yang sudah lama di anggap benar.
dan kesalahan segala sesuatu yang tidk sesuai dengan kebenaran lama.


sesuatu yang benar menurut orang-orang benar, yang menggunakan metodologi penilaian yang benar belum tentu benar-benar  benar.


kebenaran objektif adalah subjektivitas mayoritas, kesalahan objektif adalah subjektivitas minoritas

jagat raya tak pernah berhenti berputar

Mengejar mimpi yang indah, seindah pesona cleopatra yang meluluhkan hati julio cessar.
Menggapai mimpi yang tinggi setingi menara masjid yang ada di negeri seribumenara.
Mengejar mimpi yang mulia, semulia para utusan allah dan para aulia di negeri para nabi ini.
Mengejar mimpi yang besar sebesar nama universitas al-azhar yang merupakan univesitas terua di dunia.
itulah sekelumit mimpi yang terpatri didalam dada ini....

Jagat raya tak pernah berhenti berputar, setengah dari tidak percaya ketika temen-temen ku di indonesia mendengar berita kalau saya melanjutkan study di mesir. pikiran mereka tentang negri ini adalah pdang pasir yang menghampar luas, sungai nil yang melintas beberapa negara dan yang merupakan nadi kehidupan masisir. dan piramid raksasa yang menympan berbAgai misteri. betapa tidak soalnya semua itu sudah kita ketahui sejak kita masih belajar di Sd dulu, karena menjadi salah satu keajaiban-keajaiban dunia.
selain itu masih terdapat banyak situs-situs bersejarah lagi di negeri yang baru aku tempati ini, seperti bukit sinai yang menjdai saksi bisu turunnnya wahyu illahi secara langsung ka nabi musa tanpa perantaraan jibril. masjid azhar yang merupakan simbol pndidikan tertua di dunia. masjid husain tempat bersemayamnya sang kesayangan. benteng salahudin wahid pelindung ibukota negara, beliau lah yang berhasil mengalahkan pasukan salib dan memukul mundurnya sehingga pasukan salib meninggalkan baitul maqdis. Alexandria mutiara psesisir mediterania, yang booming oleh album peterpan. patung spinx. dan lain sebagainya lah..
dari sekian banyak situs bersejarah tersebut belum kesemuanya saya kunjungi, karena saya sendiri disini masih terhitung baru di negeri kinanah ini.tapi dengan penuh rasa penasarandan yang harus didorong dengan kemauan kuat dan berlandaskan mahfudzot "idza sodaqo al-azmu wa dhoha as-sabill" maka diri ini takan pernah berhenti tuk dapat membuktikan sendiri dengan mata kepala sendiri, bahwa itu memang benar-benar keren. tidak ada kata-kata menyerah dalam kamusku ataupun kata-kata terlambat, ataupun kalimat " kapan ajalah, kan aku disini masih lama", pokoknya aku harus melihatnya.
Yang jelas rasa penasaranku ini tanpa mengesampingkan niatan mengapa aku harus ada di nederi kinanah ini, negeri yang melepaskan ulama'-ulama' keberbagai penjuru dunia, bak panah yang melepaskan anak panahnya"kinanah"...
sekian diseeekk .... wassalam..!

M,KHOIRUL MAHMUDI.